Rabu, 09 Januari 2008

Bura"ne "Badik"

Lekko pitu. Badik atau keris, yang bentuknya panjang dengan tuju lekukan, dimana ujungnya runcing, dan batangnya dihiasi garis-garis yang menyerupai alur urat dari ujung hingga ke batang keris, yang tertanam pada perut kayu yang disebut dengan gagang.

Keris yang dikenal dengan sebutan badik lekko pitu, oleh masyarakata tana luwu, sulawesi selatan. terkadang diyakini masyarakat setempat dapat melindungi mereka dari ancaman bahaya, serta dijadikan oleh sebagian laki-laki atau bahasa daerahnya bura"ne, sebagai pelindung diri.

Menurut kepercayaan tau luwu, atau bahasa indonesia-nya orang luwu, jika badik lekko pitu, adalah badik yang konon katanya dibuat oleh moyang mereka yang dijadikan sebagai salah satu peralatan persenjataan perang, untuk melawan musuh.

Disulawesi selatan atau dulunya dikenal denagan celebes, beberapa daerah yang memiliki kerajaan, masing-masing mempunyai senjata pusaka atau badik, yang hingga saat ini masih diwarisi oleh sebagian generasinya.

Jika ditana luwu, dikenal dengan badik lekko pitu, lain halnya di kerajaan makassar dan gowa, masyarakat makassar dan gowa, memiliki badik tau bahasa daerahnya kalewang, yang diberi nama badik lompo battang.

Disebut badik lompo battang, karena pada bagian tengah atau badan badik, berbetuk cekung menyerupai perut buncit, namun ujungnya tetaplah runcing, biasanya ukuran badik lompo battang, sedikit besar dibanding badik daerah lain.

Sementara itu di kerajaan bone, yang mewakili masyarakat bugis atau tana ugi, juga memiliki badik yang disebut dengan kawali ugi (badik bugis). Diaman kawali ugi, ukuranya tidak-lah terlalu panjang, bentuknya-pun sederhana

Keragaman aneka macam badik, tentunya bukan hanya di empat daerah kerajaan bugis, makassar, gowa dan kerajaan luwu, namun hampir semua daerah di provinsi sulawesi selatan, memiliki badik dengan keragaman bentuk dan ciri khas daerah masing-masing.

Bagi masyarakat bugis makassar, atau masyarakat sulawesi selatan, khususnya laki-laki "bura"ne", dulunya sangat-lah mengindentikkan diri mereka dengan badik, dimana badik itu dijadikan sebagai lambang kejantanan "lelaki sejati".

Biasanya jika laki-laki bugis-makassar, merasa dipermalukan, maka hanya ada satu kata yang mereka jadikan sebagai simbol, yaitu siri"napacce, yang terkadang harus-lah mereka selesaikan dengan jantan, yang ujung-ujungnya berakhir di ujung badik.

Namun terkikis oleh waktu dan berubahnya peradaban ini, kini hanya sebagian kecil saja laki-laki bugis-makassar, yang mempertahankan atau mengidentikan dirinya dengan badik, hal ini juga dikarenakan aturan undang-undang yang melarang masyarakat membawa badik.







Bura"ne Ugi-Mangkassara,

2 komentar:

Unknown mengatakan...

saya sangat setuju dengan anda,sekarang sudah sedikit pria bugis makassar yg mengidentikkan dirinya dengan badik..mungkin famor badik sekarang sudak kalah dengan senjata-senjata lainnya...kita sebagai warga sul-sel harus bisa mengangkat derajat kita lagi dengan lebih mempromosikan budaya kita khususnya mengenai sejarah-sejarah yang nenek moyang kita sudah titipkan.trims

Unknown mengatakan...

Sangat disayangkan badik yang kita banggakan ini ternyata sudah diklaim oleh Malaysia sebagai senjata tradisional milik mereka. Ini link yang saya dapatkan :
http://malaysiana.pnm.my/05/0501badik.htm
Inilah akibatnya jika lelaki bugis sendiri tidak lagi memperhatikan warisan leluhurnya..