Selasa, 20 Januari 2009

TRAGEDI KEINDAHAN SELAT MANDAR

VIDIO PROSES EVAKUASI KORBAN KM TERATAI PRIMA YANG TENGGELAM DI SELAT MANDAR, SULAWESI BARAT, MENGGAMBARKAN BETAPA BESARNYA KEKUASAAN ALLAH DI BUMI INI.
JIKA ALLAH MENGHENDAKI MAKA APAPUN AKAN TERJADI.

SEBELUM DI EVAKUASI, ABBAS LELAKI ASAL KABUPATEN PINRANG, SULAWESI SELATAN, TERAPUNG DI LAUT LEPAS SELAMA DUA HARI.

KORBAN ADALAH SALAH SATU DARI RATUSAN PENUMPANG KM TERATAI PRIMA YANG BERTOLAK DARI PELABUHAN CAPPA UJUNG KOTA PARE-PARE, SULAWESI SELATAN. DENGAN TUJUAN SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR. NAMUN DITENGAH PERJALANAN KM TERATAI PRIMA DITERJANG BADAI DAN GELOMBAG TINGGI, YANG MENGAKIBATKAN KAPAL TENGGELAM DI SELAT MANDAR.



PROSES EVAKUASI INI DILAKUKAN OLEH KRU KRI UNTUNG SOROPATI, DI SELAT MANDAR, SULAWESI BARAT, TANGGAL 11 JANUARI 2009

CAM: UCENK HUSAIN

Sabtu, 06 Desember 2008

KALONG RI BUMI BATARA MARIO

SOPPENG.Adalah salah satu daerah dati dua di provinsi sulawesi selatan, yang memiliki potensi wisata keindahan panorama alam pegunungan, serta berbagai macam situs purba kala yang masih tetap dilestarikan higga kini.

Berada pada dataran tinggi, kabupaten soppeng tentunya dikelilingi dengan pegunungan yang memancarkan keindahan panorama alam, yang sebagian besar adalah gunung bebatuan cadas, dimana terdapat goa-goa bersejarah.

Konon kabarnya goa-goa yang tersebar disekitar pegunungan diwilayah kabupaten soppeng, dulunya digunakan nenek moyang mereka sebagai tempat peristerahatan, yang kemudian dilanjutkan generasi penerusnya, sebagai tempat persebunyian dari kejaran musuh.

Seiring dengan berjalanya waktu, memasuki zaman yang lebih moderen, goa-goa ini kemudian berubah fungĂ­s menjadi lokasi objek wisata. Yang sering ramai dikunjungi wisatawan

Selain wisata gua, juga terdapat wisata cagar budaya yaitu permandian lejja, dan permandian ompo, serta objek wisata citta.

Selain objek wisata permandian air panas, juga terdapat fosil gajah, serta fosil kura-kura berukuran besar, dimana kedua fosil ini tersimpan di musium celio, yang lokasinya berada di tengah-tengah kota soppeng.

Konon kabarnya orang pendahulu atau moyang suku bugis penduduk asli soppeng, menjadikan salah satu lokasi, sebagai tempat beriteraksi dengan penguasa langit dan bumi berdasarkan keyakinan yang dianut pada zamanya.

Lokasi ini bernama situs tinco, dimana situs tinco tersebut adalah batu berukuran besar yang dijadikan sebagai media penyembahan, namun saat ini lokasi tinco telah dijadikan sebagai lokasi objek wisata situs purba yang dilindungi.

Dataran kota soppeng yang terletak diketinggian, tidak hanya didukung dengan objek wisata alam dan berbagai macam objek cagar budaya, namun kita juga dapat melihat langsung dari dekat ribuan kelelawar bergantungan di pepohonan yang tersebar di dalam kota pada siang hari.

Bagi masyarakat soppeng, kelelawar atau bahasa soppengnya yaitu kalong, dibiarkan bergelantungan memenuhi ranting di hampir semua pohon besar yang tumbuh di dalam kota.

Kalong atau kelelawar ini diyakini oleh sebagian masyarakat soppeng, sebagai hewan penjaga yang dapat membawa kesuburan, serta menjauhkan daerah mereka dari bala bencana, dimana jika kelelawar pergi meningglkan kampung, bertanda akan terjadi petaka.


Salah satu objek wisata alam pegungungan yang Sangat indah dan cukup dikenal oleh warga sulawesi selatan, adalah objek wisata pegunungan bulu dua, atau dua gunung "gunung kembar", yang berada di daerah perbatasan antara kabupaten barru.

Kata Bulu dua diambil dari bahasa bugis, yang artinya: dua gunung “gunung kembar”, dimana kedua gunung ini, jika dilihat secara pintas, maka bentuknya menyerupai bagian dada wanita.


Untuk berkunjung ke kabupaten soppeng, yang letaknya berada pada bagian utara pusat kota Makassar, dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat sikitar empat jam perjalanan.

Selasa, 03 Juni 2008

Tradisi yang hilang II

Masyarakat adat rongkong telah berada di wilayah tana luwu, sejak abat ketiga, jauh sebelum hadirnya zaman sawerigading di tana luwu.

Komunitas masyarakat adat rongkong, pada abat ketiga, awalnya berdomisili di wilayah dataran tinggi, atau pegunungan berana, tepatnya di kaki puang rongkong tana masakke to tana lalong. Yang artinya tana leluhur.

komunitas masyarakat adat rongkong, hingga kini masih mempertahankan adat dan budaya leluhur mereka, dengan tetap mempertahankan gelar tomakak, bagi tau atau orang yang dituakan.

Tomakaka adalah cikal bakal marang cina torongkonge, sebutan gelar tau toa, sementara marang cina torongkonge, adalah orang yang dipertuan agungkan atau raja.

Sebutan rongkong, adalah asal kata marongko, dimana makna dari marongko, adalah rahmat atau anugerah, hal ini terlihat dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki masyarakat rongkong.

Kebesaran nama rongkong, dapat kita lihat dari banyaknya situs purbakala serta benda-benda peninggalan sejarah leluhur masyarakat adat rongkong, yang tersebar di tana luwu, salah satunya adalah batu situs burbakala dan gua kerajaan peninggalan leluhur tau rongkong yang berada di pegunungan barana atau kaki puang rongkong, di wilayah kabupaten luwu utara.

Didukung dengan kekayaan alam yang dimiliki tana luwu, serta luas wilayah dataran rendah maupun pegunungan, maka tana luwu, atau lebih dikenal dengan bumi sawerigading, tentunya juga memiliki beragam tradisi adat dan budaya, termasuk tradisi budaya adat rongkong.

Walaupun tana luwu, atau bumi sawerigading, telah dimekarkan menjadi tiga kabupaten plus satu kota, yaitu, kabupaten luwu, dengan pusat pemerintahannya bernama belopa, kabupaten luwu utara, pusat pemerintahanya masamba, dan kabupaten luwu timur, pusat pemerintahanya berada di malili, serta kota palopo. Namun masyarakat adat rongkong yang tersebar di tana luwu, masih tetap mempertahankan tradisi adat leluhur mereka.

Bersambung………..

Selasa, 06 Mei 2008

Tradisi yang hilang

Bencana alam yang menjenuhkan.
Banjir.. banjir dan banjir lagi.
yah... inilah kata yang terlontar dari mulut seorang warga desa lawewe, di kecamatanbaebunta.

Kata-kata pasrah ini, ternyata bukan hanya terlontar dari mulut seorang warga lawewe, namun juga keluar dari mulut warga lainya yang berdomisili di beberapa desa, di kecamatan baebunta, malangke dan kecamatan sabbang, di kabupaten luwu utara, provinsi
sulawesi selatan.

Menurut cerita warga yang masih tetap bertahan di desa lawewe, dulunya desa ini adalah desa yang dipadati ratusan kepala keluarga, yang hidup tentram dan memiliki tradisi budaya, yang hampir setiap tahunya dirayakan warga, saat musim panen tiba.

Seiring dengan datangnya bencana banjir bandang pada tahun 1983, dan telah menjadi sebuah kalender bencana tahunan, yang terus terjadi hingga kini, memaksa sebahagian besar warga memilih hengkang dari desa lawewe.

Hengkangnya sebagian besar warga lawewe, ternyata juga di ikuti dengan bergesernya tradisi dan budaya di desa tersebut, dimana warga yang memilih tetap bertahan tinggal di desa lawewe, tidak lagi dapat merayakan suatu prosesi adat atau pesta panen.

Hilangnya tradisi pesta panen ini, dikarenakan hampir setiap tahunya warga disibukan dengan bencana banjir luapan sungai rongkong, yang memaksa warga melupakan akan sebuah prosesi adat, yang dijadikan sebuah tradisi adat, yang bertujuan untuk lebih menyatukan sesama warga, baik warga lawewe, maupun dengan warga dari desa tetangga.

Selain sebagai media pemersatu, pesta panen yang telah terabaikan itu,juga adalah sebuah kegiatan adat yang digelar warga sebagai bentuk rasa syukur terhadap sang pencipta, atas limpahan reski yang mereka dapatkan.



Sungai rongkong
Rongkong. Adalah nama sebuah komunitas masyarakat adat yang tinggal di wilayah kabupaten luwu utara, sulawesi selatan.

Komunitas masyarakat adat rongkong, adalah salah satu komunitas masyarakat adat terbesar di wilayah tana luwu, dimana tau rongkong "orang rongkong" juga masuk dalam catatan toma kaka, atau masuk dalam strata garis keturunan raja-raja di tana luwu.

bersambung............

Jumat, 25 Januari 2008

Ade" karampuang ko bulu"he Sinjai

KARAMPUANG.
Adalah kawasan adat di kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, yang tidak banyak dikenal luas. Namun ternyata, Karampuang adalah sebuah desa yang sudah ada sejak puluhan ribu tahun lalu, hal ini dapat kita lihat dari Berbagai situs peninggalan sejarah leluhur orang karampauang, yang menjadi misteri dan belum dapat terungkap sepenuhnya.

Dengan menempuh perjalanan sekitar satu jam dari pusat kota kabupaten sinjai, dimana desa karampuang letaknya berada di bebukitan yang ketianggianya sekitar seribuh meter dari permukaan laut.

Desa karampuang yang hanya di huni sekitar 70 kepala keluarga, dimana masyarakatnya begitu, mengutamakan hidup harmonis.

Masyarakat adat Karampuang cenderung masih sangat tertutup, Bagi mereka dunia luar bisa merusak adat dan tradisi yang mereka jaga selama puluhan ribu tahun.

Karampuang adalah desa purba yang sudah ada sejak zaman megalitik atau zaman batu, sebagai Bukti adalah goresan Situs purba bernama Manusia Kangkang.

Selain itu terdapat Kolam tua di desa karampuang, dimana kolam itu digunakan untuk memandikan balita, yang diyakini masyarakat karampuang, bila air melimpah dikolam, maka warga akan berebut memandikan bayinya, karena airnya akan membawa berkah.

Di desa karampuang juga terdapat ribuan makam purba yang usianya suda puluhan ribu tahun, serta situs yang dikeramatkan yaitu situs batu lapa, dimana masyarakat karampuang menyakini jika manusia pertama dibumi ini adalah berasal dari karampuang.

Konon ceritanya puluhan ribu tahun lalu, sosok seorang wanita atau dewi, yang disebut dengan to manurung, membuat satu istana dan membentuk masyarakat adat karampuang, setelah itu sang wanita "to manurung" kembali kelangit dimana awalnya ia berasal.

Mitos to manurung itulah, yang terus dipertahankan oleh masyarakat adat karampuang, dan dijadikan sebagai pemacu semangat sumber penggerak kehidupan mereka.

Kendati sudah berusia 14 abad, Toma Toa "rumah tua" masih berdiri kokoh. Seluruh kegiatan pemerintahan di Karampuang berpusat di rumah yang mereka sangat sakralkan ini.

Berbeda dengan rumah adat Bugis pada umumnya, yang lebih menonjolkan sifat ke laki-lakian, sebaliknya Toma Toa melambangkan keangunan dari sosok perempuan. Masyarakat Karampuang adalah matrilinial. Sesuatu yang unik dan langka di Sulawesi Selatan.

Begitu sakralnya rumah ini, bila ingin memperbaiki Toma Toa, mereka harus melakukan ritual tertentu. Tidak sebarang orang bisa tinggal di Toma Toa. Hanya pemangku adat.

Arung adalah pemimpin masyarakat adat Karampuang yang berhak tinggal di Toma Toa. Ia sangat disegani dan hanya sesekali berbicara.

Karena sepatah kata yang keluar dari mulutnya adalah kebijakan yang harus ditaati. Tentunya Arung tidak boleh cacat moral. Arung tidak sendiri dalam memimpin. Ia dibantu 3 pemangku adat lain, Salah satunya Gella.

Dimana Gella tinggal tidak jauh dari Toma Toa, bila Arung adalah raja, maka Gella adalah perdana menteri yang juga bertanggung jawab, soal hukum dan peradilan di Karampuang.

Di tangan Gella, ketertiban Karampuang terjaga. Ia tidak segan menghukum siapapun yang melanggar aturan adat yang berlaku.

Ada dua lagi yakni Sandro dan Guru. Sandro harus dijabat seorang wanita. Dialah yang mengatur soal kesejahteraan rakyat. Selain Sandro ada juga Guru yang mengatur soal pendidikan.

Keempat pemangku adat inilah yang mengatur jalan roda kehidupan di Karampuang. Mereka sangat dihormati, namun juga bertindak bijaksana. Masyarakat Karampuanglah yang memilih mereka dan pada waktu tertentu masyarakat pula yang akan menggantinya. Biasanya 40 tahun sekali.

Setiap memasuki musim tanam padi, masyarakat Karampuang menggelar hajatan besar yang mereka namakan mapugao hanuai, hajatan menyambut masa bercocok tanam setelah mereka menikmati panen berlimpah.

Tradisi adat istiadat masyarakat karampuang, hanyalah sebagian dari objek yang ada di kabupaten sinjai, selain itu masyarakat yang bermukim di daerah pesisir juga mempunyai tardisi yang di beri nama marimpa salo, dimana tradisi marimpa salo digelar untuk merayakan panen hasil laut.

Tradisi marimpa salo digelar masyarakat yang bermungkim di daerah pesisir pantai sinjai utara, dan sinjai timur, dimana setiap tahunya mereka mengelar acara tradisi menghalau ikan dari hulu hingga ke muara sungai.

Saat perayaan marimpa solo digelar, juga dibarengi dengan pementasan tari appadekko yang menggambarkan ritual masyarakat nelayan, menikmati hasil tangkapan ikan, selain itu juga diselingi dengan ketangkasan adu silat, sebagai ungkapan kegembiraan masyarakat pesisir, setelah mereka menikmati hasil tangkapan selama setahun mereka berjuang mencari nafkah di lautan lepas.

Kabupaten sinjai yang dihuni oleh komunitas suku bugis, memiliki banyak aneka ragam tradisi adat dan budaya, serta di hiasi beberapa lokasi objek wisata, diantaranya sembilan pulau kecil yang tersebar di perairan laut sinjai.

Selain itu juga terdapat objek wisata situs purbakala yang lokasinya berada di bebukitan, yaitu objek wisata gojeng atau batu page, dimana terdapat banyak batu situs peninggalan raja-raja, dan didukung dengan keindahan panorama alam yang selama ini dijadikan sebagai objek wisata, selain itu kabupaten sinjai. juga didukung dengan kekayaan hasil laut, serta hasil pertanian dan perkebunan.

Rabu, 23 Januari 2008

Benteng panyuaa rii anging mamiri

Mangkasara” jika di eja dengan mengunakan bahasa Indonesia adalah Makassar, dan dikenal dengan nama Kota Daeng, atau Kota Angin Mamiri., yang dulunya sempat berganti nama jadi Ujung pandang, namun setelah melalui hasil rembuk dan rapat para tokoh adat serta dewan legislatif, akhirnya nama Makassar, kembali digunakan.

Selain dikenal dengan keindahan panorama senja pantai losari, Makassar juga memiliki banyak lokasi objek wisata lainya, diantaranya pulau lae-lae, kayangan, barrang caddi, barrang lompo, dan pulau samalona.

Rii Mangkasara” (Makassar), juga terdapat beberapa lokasi objek wisata peninggalan kerajaan serta bangunan peninggalan penjajah “compony”, sepertihalnya: benteng Ujung pandang atau lebih dikenal dengan Fort rotterdam, yang dibangun pada tahun 1545, oleh raja gowa yang bernama Amanrigau daeng bonto karaeng lakiung.

Di dalam area lokasi benteng fort Rotterdam, terdapat bebera bangunan bersejarah peninggalan belanda, yang saat ini dijadikan musium laga-ligo, dimana didalam bangunan ini, tersimpan barang-barang antik peninggalan raja-raja dan sisa-sisa penjajahan perang.

Selain fort Rotterdam, juga terdapat benteng somba opu, makam raja-raja tallo, istana raja bongaya, dan puluhan bangunan tua peninggalan zaman penjajahan belanda, diantaranya bangunan tua yang saat ini difungsikan sebagai gedung kantor pengadilan negeri makassar.

Selain itu makassar, juga mempunyai anjungan yang dilengkapi sarana rekreasi dan olah raga, yaitu lapangan karebosi, yang didalamnya terdapat tujuh kuburan yang dikeramatkan sebagian masyarakat, yaitu kuburan tujua (tujuh saudara), dan di makassar, juga dapat kita jumpai makam pangeran di Ponegoro, serta tugu pembebasan irian barat (Monumen mandala).

Sebagai pusat pemerintahan provinsi sulawesi selatan, “ibu kota”, tentunya kota makassar, dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnis, dan agama, hal ini dapat kita lihat dengan berbagai aneka ragam tradisi adat, budaya, yang diperingati warga makassar setiap tahunya.

Guna memperlancar roda perekonomian di sulawesi selatan, makassar sebagai ibu kota, juga dilengkapi dengan prasarana pelabuhan penumpang dan peti kemas (pelabuhan sukarno hatta), bandara hasanuddin yang bertaraf standar internasional, serta pelabuhan tradisional paotere.

Salah satu kegiatan wisata yang setiap tahunya digelar pemerintah kota makassar, dan telah menjadi jadwal kalender wisata tahunan, adalah perhelatan wisata bahari, dimana dalam perhelatan wisata bahari, dapat terlihat ketangguhan orang-orang sulawesi, menaklukan ombak di samudera lepas, dengan hanya menggunakan perahu layar tradisional.

Wisata bahari yang setiap tahunya digelar di pantai losari, menyajikan berbagai kegiatan, diantaranya lomba perahu jolloro, atau perahu tempel, lomba renang pantai, dimana pesertanya melakukan star dari pulau lae-lae hingga ke bibir pantai losari, yang jarak tempuhnya sekitar satu kilo meter, dan lomba perahu layar tradisional "sandeq", yang mengarungi lautan lepas samudera sulawesi.

Dimana inti dari perhelatan wisata bahari, tentunya lebih memperkenalkan kekayaan alam dan tradisi budaya Sulawesi selatan, serta menghormati orang-orang terdahulu "Bugis-makassar" yang dikenal dengan pelaut tangguh.

Kamis, 17 Januari 2008

Bantimurung rii Butta salewangang

Sejuknya udara dan indahan alam bantimurung, tentunya jadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang telah menginjakan kakinya di lokasi wisata alam bantimurung.

Gemercik suara air yang jatuh dari bebatuan, dan keunikan cairan busa yang keluar dari dalam pori-pori batu dinding gua, dan mengeras mengumpal berbetuk runcing (stalaktit) yang ada di dalam dinding gua mimpi, serta beraneka ragam specis kupu-kupu, tentunya semakin membuat kita betah terus berada di bantimurung.

Wisata alam batimurung, adalah salah satu objek wisata yang ada di kabupaten Maros, yang selama ini jadi objek wisata andalan yang ada di provinsi Sulawesi Selatan.

Selain objek wisata bantimurung, di bumi Butta salewangang, atau dikenal dengan kabupaten Maros, juga terdapat beberapa lokasi objek wisata alam lainya, seperti gua-gua peninggalan bersejarah di lokasi wisata alam camba, yang memiliki panorama keindahan bebukitan, dimana banyak berkeliaran binatang sepeti monyet dan beraneka ragam burung yang setiap harinya dapat di jumpai di wilayah hutan.

Belum lagi keindahan alam lokasi objek wisata alam sumpang labbu", serta objek wisata bersejarah leang-leang, yang setiap harinya ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

Banyaknya lokasi objek wisata alam yang ada di bantimurung, tentunya menjadi salah satu penunjang terbesar kas daerah tersebut, namun bukan saja sektor pariwisata yang menjadi andalan pemerintah daerah Maros.

Struktur tanah pegunungan yang mengandung unsur semen dan batu marmer yang ada di bumi Butta salewangang, tentunya juga menjadi andalan di sektor pertambangan, yang tentunya jadi pemasok kas APBD kabupaten Maros.

"Tau ugi ri butta salewangang"
Masyarakat Maros yang sebagian besar adalah tau ugi atau orang bugis, sangatlah menghargai adat dan menjujung tinggi tradisi budaya siri "malu", dimana mereke lebih mengutamakan persaudaraan.

Sebagian besar penduduk Maros, hidup dengan menggarap sawa (bertani), selebihnya menggarap kebun, tambak, wiraswasta, serta pegawai dikantor-kantor pemerintah, hal ini disebabkan hampir enam puluh persen dataran kabupaten maros, adalah daerah pertanian "sawa".

Keuletan masyarakat Maros, dalam bekerja dan membangun usaha, dapat dilihat dengan banyaknya orang maros yang sukses mendirikan usaha, baik didaerahnya sendiri, maupun di daerah perantauan.

Hampir semua daerah di bumi pertiwi ini, terdapat perantau orang maros, bahkan tidak sedikit dari tau marusu " orang maros", sukses dinegara luar menjadi tenaga kerja (TKI), seperti halnya di negara tetangga malaysia, dan arab saudi.

Walaupun orang Maros, sukses di daerah perantauan, namun tau marusu, tidak akan pernah melupakan daerah mereka, hal ini tentunya di karenakan, mereka telah menanamkan rasa keciantaanya terhadap daerah "butta salewangang".