Rabu, 23 Januari 2008

Benteng panyuaa rii anging mamiri

Mangkasara” jika di eja dengan mengunakan bahasa Indonesia adalah Makassar, dan dikenal dengan nama Kota Daeng, atau Kota Angin Mamiri., yang dulunya sempat berganti nama jadi Ujung pandang, namun setelah melalui hasil rembuk dan rapat para tokoh adat serta dewan legislatif, akhirnya nama Makassar, kembali digunakan.

Selain dikenal dengan keindahan panorama senja pantai losari, Makassar juga memiliki banyak lokasi objek wisata lainya, diantaranya pulau lae-lae, kayangan, barrang caddi, barrang lompo, dan pulau samalona.

Rii Mangkasara” (Makassar), juga terdapat beberapa lokasi objek wisata peninggalan kerajaan serta bangunan peninggalan penjajah “compony”, sepertihalnya: benteng Ujung pandang atau lebih dikenal dengan Fort rotterdam, yang dibangun pada tahun 1545, oleh raja gowa yang bernama Amanrigau daeng bonto karaeng lakiung.

Di dalam area lokasi benteng fort Rotterdam, terdapat bebera bangunan bersejarah peninggalan belanda, yang saat ini dijadikan musium laga-ligo, dimana didalam bangunan ini, tersimpan barang-barang antik peninggalan raja-raja dan sisa-sisa penjajahan perang.

Selain fort Rotterdam, juga terdapat benteng somba opu, makam raja-raja tallo, istana raja bongaya, dan puluhan bangunan tua peninggalan zaman penjajahan belanda, diantaranya bangunan tua yang saat ini difungsikan sebagai gedung kantor pengadilan negeri makassar.

Selain itu makassar, juga mempunyai anjungan yang dilengkapi sarana rekreasi dan olah raga, yaitu lapangan karebosi, yang didalamnya terdapat tujuh kuburan yang dikeramatkan sebagian masyarakat, yaitu kuburan tujua (tujuh saudara), dan di makassar, juga dapat kita jumpai makam pangeran di Ponegoro, serta tugu pembebasan irian barat (Monumen mandala).

Sebagai pusat pemerintahan provinsi sulawesi selatan, “ibu kota”, tentunya kota makassar, dihuni oleh masyarakat dari berbagai etnis, dan agama, hal ini dapat kita lihat dengan berbagai aneka ragam tradisi adat, budaya, yang diperingati warga makassar setiap tahunya.

Guna memperlancar roda perekonomian di sulawesi selatan, makassar sebagai ibu kota, juga dilengkapi dengan prasarana pelabuhan penumpang dan peti kemas (pelabuhan sukarno hatta), bandara hasanuddin yang bertaraf standar internasional, serta pelabuhan tradisional paotere.

Salah satu kegiatan wisata yang setiap tahunya digelar pemerintah kota makassar, dan telah menjadi jadwal kalender wisata tahunan, adalah perhelatan wisata bahari, dimana dalam perhelatan wisata bahari, dapat terlihat ketangguhan orang-orang sulawesi, menaklukan ombak di samudera lepas, dengan hanya menggunakan perahu layar tradisional.

Wisata bahari yang setiap tahunya digelar di pantai losari, menyajikan berbagai kegiatan, diantaranya lomba perahu jolloro, atau perahu tempel, lomba renang pantai, dimana pesertanya melakukan star dari pulau lae-lae hingga ke bibir pantai losari, yang jarak tempuhnya sekitar satu kilo meter, dan lomba perahu layar tradisional "sandeq", yang mengarungi lautan lepas samudera sulawesi.

Dimana inti dari perhelatan wisata bahari, tentunya lebih memperkenalkan kekayaan alam dan tradisi budaya Sulawesi selatan, serta menghormati orang-orang terdahulu "Bugis-makassar" yang dikenal dengan pelaut tangguh.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

bung, salam kenal.. setahu saya yang namanya Fort Rotterdam itu bukan dibangun oleh raja Gowa tapi oleh VOC. Benteng itu dibuat untuk menghabisi para prajurit Gowa yang masih bertahan di benteng Somba Opu,..