Minggu, 13 Januari 2008

Masigi toa engka rii kota Palopo

Istana datuk Luwu, adalah salah satu bangunan tua peninggalan kerajaan Luwu, yang hingga saat ini masih berdiri kokoh di tengah-tengah jantung kota Palopo.

Selain istana datu Luwu, atau dikenal dengan musium Batara guru, juga masih ada bukti sejarah lain yaitu, lokasi pemakaman raja-raja Luwu, yang disebut Lokkoe, serta bangunan masjid tua (Masjid Djami).

Menurut catatan sejarah, Masjid Djami adalah salah satu bangunan masjid tertua yang ada di Provinsi Sulawesi selatan, bangunan ini dibangun pada abad empat belas masehi, saat masuknya syiar islam ke tana Luwu.

Konon ceritanya, dinding tembok bangunan Masjid Djami yang ketebalanya menghampiri satu meter itu, dibuat oleh orang-orang terdahulu, dengan menggunakan batu alam, serta cairan putih telur, yang digunakan sebagai bahan perekat.

Sebagai penopang atap bangunan, terdapat satu tiang kayu bundar menyerupai batang pohon, yang tertancap ditengah-tengah bangunan, dan menurut cerita, dahulu tiang itu adalah sebuah pohon yang tumbuh ditengah-tengah bangunan, dimana pohon itu dinamai batang pohon cannaguri.

Entah betul atau tidak menegenai cerita pohon cannaguri itu, namun di zaman sekarang ini, tanaman pohon cannaguri yang banyak tumbuh di tana Luwu, tidak-lah sebesar dan setinggi dengan tiang penopang yang ada pada Masjid Djami.

Selain sisa-sisa bangunan bersejarah peninggalan raja-raja yang hingga kini masih ada di kota Palopo, juga banyak terdapat objek wisata alam, seperti bukit sampoddo, puncak gunung battang, serta permandian alam sungai latuppa,

Khusus untuk daerah permandian alam latuppa, saat ini dijadikan sebagai lokasi agro wisata, karena tepat tersebut didukung dengan pemandangan alamnya yang indah, serta udaranya yang sejuk,

Di latuppa, hampir delapan puluh persen area pertanahanya, digarap oleh masyaraka jadi area perkebunan, selain perkebunan kakao, masyarakat latuppa sejak dahulu menanaman pohon yang menghasilkan buah-buahan, misalnya buah rambutan, durian, manggis, langsat dan banyak lagi buah-buahan lainya.

Sementara didataran pesisir kota Palopo, juga terdapat tempat wisata pantai, yaitu pantai labombo, serta terdapat juga lokasi wisata pulau, yang diberi nama pulau libukang.

KERAGAMAN PENDUDUK KOTA PALOPO
selain menggunakan bahasa indonesia, sebagian besar penduduk kota Palopo, menggunakan bahasa Bugis, selebihnya mengunakan bahasa Luwu dan Toraja, dimana kota Palopo juga, dihuni oleh berbagai macam suku, golongan, dan agama. tepatnya di kota Palopo, adalah daerah multi etnis.

Walaupun dihuni beragam suku, golongan, dan agama, namun masyarakat kota Palopo, tetap hidup tentram dan damai secara berdampingan, dimana mereka saling menghargai antara agama satu dengan agama lainya.

Kebresamaan yang diajarkan secara turun temurung oleh orang-orang terdahulu, hingga saat ini terus dipertahankan oleh masyarakat kota Palopo, hal ini dapat kita lihat pada simpol persatuan "TODDOPULI TEMMALARA". yang tertulis di tugu badik, yang ada di halaman istana datu Luwu.

Berdasarkan catatan sejarah, kota palopo, dulunya adalah pusat pemerintahan kerajaan Luwu, yang dipimpin oleh raja Andi Djemma, "DATU LUWU", dimana saat zaman kerajaan, daerah Luwu "Bumi Sawerigading", masih menyatu sebelum dimekarkan jadi tiga kabupaten yaitu, kabupaten luwu, luwu utara, luwu timur, plus satu kota, yaitu kota Palopo.

2 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Maaf sebelumnya, setahu saya mesjid tertua itu berada di kecamatan bua desa tanarigella, bukan yang ada di kota palopo